Tag Archives: cullinary

Summer in Germany #2 : Masakan khas Swabia dan sarapan ala Jerman

Federal Republic of Germany memiliki 16 negara bagian (states). Kalau di Indonesia wilayahnya seperti propinsi namun dengan sistem pemerintahan dan hukum yang berbeda. Well, I can’t explain it here, lebih baik googling sendiri yak 😀 . Nah salah satu statesnya bernama Baden-Württemberg, sebuah wilayah di barat daya negara ini, di mana kami menginjakkan kaki sekarang. Baden-Württemberg sendiri sebenarnya terdiri dari beberapa teritori kebudayaan, sejarah dan dialek bahasa peninggalan nenek moyang dari zaman dahulu kala. Salah satunya adalah kebudayaan swabia. Selain di wilayah Baden-Württemberg, kebudayaan ini juga mendiami sebagian wilayah Bavaria, states Jerman yang lain. Bingung ga? Kalau bingung silahkan googling sendiri 😀 . Yang jelas saya cuma mau bilang, di tempat kami berada sekarang yaitu di kota  Esslingen Am Neckar , salah satu kota di state Baden-Württemberg, adalah kota yang kental dengan kebudayaan swabia.
P1140681-001

Jadi saya makan siang di gedung di belakang saya ini, tapi lupa nama restorannya 😀

Kebudayaan swabia memiliki dialek khusus, adat-istiadat khusus dan tentu saja makanan khas yang berbeda dengan wilayah Jerman yang lain.  Nah di kota Esslingen ini terdapat banyak restoran yang menawarkan menu masakan khas Swabia. Sebelum bertemu dengan Mawar, saya dan suami sudah mencuri start dengan makan siang ala swabia di salah satu restoran di kota ini. Kami sendiri sudah lupa nama restorannya karena di dalam gedungnya ada banyak restoran 😀 . Kami memesan menu yang sama yaitu schwaebische maultaschen, yang merupakan swabian dumpling dengan telur,salad kentang dan salad sayuran. Seperti yang pernah saya tulis di postingan sebelumnya. Dumpling itu bukan hanya ada di Cina atau negara-negara Asia saja, di negara-negara Eropa seperti Hunggaria, Slovakia dan tentu saja Italia, punya dumplingnya sendiri. Eh di Jerman ternyata ada dumpling juga! Sebagai orang asia penyuka aneka mie, dim sum dan siomay, saya sangat senang bisa menemukan makanan seperti ini di Eropa.Meskipun cita rasanya berbeda. Di Eropa dumplingnya lebih berat karena dikombinasikan dengan keju, susu atau yoghurt.
P1140675

Schwaebische maultaschen atau swabian dumpling

Schwaebische maultaschen pesanan kami, rasanya enak dengan filling daging sapi dan sayuran. Kulit dumplingnya begitu lembut sepeti kulit pangsit, tetapi dengan tekstur lebih tebal. Tapi saya jadi penasaran, dumpling ini pakai tepung apa ya? Apa pakai tepung terigu juga seperti kulit pangsit ? Selain salad, dumpling ini juga disajikan dengan saus bawang dan minyak bawang. Menurut saya karena ga ada unsur keju atau susunya, cita rasanya malah jadi mirip sama makanan asia terutama pangsit rebus isi daging 😀 . Eniwei kami menikmati schwaebische maultaschen ini dengan ditemani segelas bir lokal. Segelas bir pertama saya di negara beer minded 😀 .
P1140673-001

My first German beer in Germany

Sore harinya, kami diajak makan malam oleh Mawar dan suaminya di sebuah restoran rekomendasi mereka. Kata Mawar, restoran ini adalah sebuah restoran tradisional otentik yang memang khusus menyediakan masakan Swabia. Nama restoran ini adalah rosenhäusle, yang terletak di jalan menuju ke arah Esslingenburg. Dari luar restoran ini terlihat seperti restoran di buku-buku cerita dongeng karena arsitekturnya memang masih tradisional khas Swabia. Menu khas swabia di restoran ini ternyata bermacam-macam, seperti swabian soup, swabian beef stew dan tentu saja aneka swabian dumpling. Rasanya sih pengen mencoba semua. Tapi apa daya perut kami cuma satu 😀 .
P1140801

Restauran rosenhäusle yang bangunannya tradisional khas swabia

P1140787

Aneka menu tradisional khas Swabia di restoran rosenhäusle esslingen

Mawar kemudian memesan ultimate menu untuk kami berdua, yaitu satu set swabian dumpling dengan potongan daging dan sosis lokal yang seharusnya bisa dimakan berempat 😀 . Ia bilang sisanya bisa dibungkus dan dimakan esok hari, kalau kami berdua ga habis memakannya. Suami-suami kami memesan menu yang lain yang juga masakan khas swabia. Selain makanan, kami juga memesan wine lokal dari Esslingen. Winenya adalah wine rose yaitu campuran antara wine merah dan putih. Ketika makanan saya dan mawar disajikan, saya merasa uwow banget karena porsinya memang besar. Ini benar-benar makanan berkalori tinggi, karena selain daging sapi dan sosis, dumplingnya juga ditopping dengan telur, butter dan keju. Rasanya bagaimana? Rasanya enak banget dan ga se-eneg bayangan saya. Mungkin karena berminyak serta  cara masaknya dipanggang  dan dagingnya dibakar jadi ga terlalu eneg. Masakan ini malah mengingatkan saya akan mie goreng hanya saja teksturnya lebih tebal dan kenyal serta lebih cheesy 😀 .
P1140790

Wine lokal dari esslingen

P1140795

The ultimate swabian dumpling

 

Pagi harinya, Mawar memperkenalkan kami kepada menu sarapan ala orang Jerman. Ia bilang ketika weekend, menu sarapan keluarga mawar biasanya lebih lengkap daripada saat weekday. Kalau weekday mereka hanya makan roti tawar dengan telur dan sedikit keju saja. Karena ini hari sabtu, kami akan mendapatkan sarapan lengkap ala Jerman. Suami mawar pagi-pagi sekali sudah pergi ke bakery langganan mereka untuk membeli beberapa jenis roti terutama pretzel. Kalian mungkin sudah tahu apa itu pretzel, kalau belum tahu silahkan googling yaaak 😀 . Yang jelas pretzel adalah roti yang benar-benar khas Jerman. Selain pretzel ada juga roti yang penuh dengan campuran biji-bijian, yang baru saya tahu detik itu juga 🙂 .
P1140816

Our first German breakfast in Germany!

Pas sarapannya siap, saya dan suami surprised juga karena variasi makanannya begitu banyak. Selain aneka roti lokal khas Jerman, ada aneka macam keju khas Jerman, tomat cherry, wortel potong, paprika potong, aneka pickles , aneka selai dan butter serta ada pula scrambled egg yang sudah tersedia di piring kami masing-masing. Picklesnya berupa cabe hijau dan merah yang cukup pedas. Tapi jangan dibayangin seperti cabe ala Indonesia yaa, karena bentuknya beda banget. Selain keju padat, ada juga keju seperti mozarella yang tinggal dioles di atas roti. Selain makanan, kami tinggal pilih mau teh atau kopi atau aneka jus. Kami duduk bersama di sekeliling meja makan di teras apartemen mereka. Mereka selalu makan di teras ketika cuaca cerah saat musim semi sampai musim gugur. Kalau musim dingin mereka selalu makan di ruang makan dalam. Mawar dan suaminya bilang kalau weekend mereka memang sengaja untuk menikmati sarapan lebih lama dan lebih banyak sambil menikmati kicauan burung di pagi hari. Apalagi saat cuaca hangat seperti hari ini. Dari teras apartemen mawar ini, pemandangannya indah lho! Kita bisa melihat hamparan perkebunan anggur yang luas. Saya dan suami saya kemudian mencoba berbagai makanan yang tersedia di atas meja. Yang jelas kami senang sekali dengan pretzelnya. Dan saya juga suka pickles cabenya.
P1140821

My first pretzel in Germany 😀

Pengalaman sarapan dan makan malam dengan keluarga Mawar, ga cuma menambah perbendaharaan makanan di dalam benak saya, tapi juga merupakan pengalaman tukar budaya yang sangat berharga untuk kami terutama untuk orang asia seperti saya. Yaa meskipun Mawar itu teman saya sendiri yang ketika di Indonesia ia sudah banyak bercerita tentang budaya Jerman kepada saya, tapi kalau saya ga merasakan langsung di Jerman rasanya kok ada yang kurang. Now I’m really happy that I already have the experience from her.  Eniwei, komentar terakhir saya soal masakan swabia so far adalah cita rasanya pas sama lidah asia saya, dan kalau saya bisa menemukan restoran khas swabia di Paris, saya pengen nyobain lagi.

Tinggalkan komentar

Filed under Ke Luar Negeri, Travel Food and Fruit

Chilling in Bratislava #3 : Berburu sarapan di pasar tradisional Trhovisko Miletičova

Dobré ráno kota Bratislava! Kami lapar! 😀
Terinspirasi dari perjalanan ke pasar tradisional di Budapest, kami berdua pagi itu penasaran sekali dengan pasar tradisional di kota Bratislava. Setelah cek di internet, kami mendapatkan nama Trhovisko Miletičova. Sebuah pasar tradisional yang terletak agak jauh dari Old Town. Pasar ini tidak seperti grand market hall yang ada di Budapest, yang memang menjadi tujuan wisata. Pasar ini benar-benar lokal untuk berbelanja sehari-hari masyarakat kota ini. Jam 7.30 pagi kami sudah siap untuk berjalan kaki ke pasar ini, karena kami benar-benar lapar 😀 . Dari kawasan Old Town, kami melewati sisi lain kota Bratislava yang penuh dengan gedung-gedung pencakar langit modern. Benar-benar sangat berbeda dengan kawasan Old Town. Bratislava sendiri memang dibagi menjadi 2 kawasan, kawasan kota tua dan kawasan kota baru. Jadi apa yang digambarkan di film Eurotrip itu jangan dipercaya yaa 😀 .
P1130909

Kota baru Bratislava

Pasar Trhovisko Miletičova pagi itu sudah ramai oleh pengunjung. Kesan pertama ketika melangkahkan kaki di pasar ini, malah mengingatkan saya akan pasar-pasar di Indonesia. Pasar ini ga jauh beda lah suasananya dengan pasar yang ada di negeri kita tercinta. Sebelum muter-muter pasar, kami bertekad bulat untuk mengisi perut dahulu. Kalau bisa sih kami ingin mencoba aneka kue-kue tradisional Slovakia yang ada di sini. Bagian makanan jadi yang ada di pasar ini bentuknya berupa kedai-kedai terbuat dari kayu berjejeran. Di depan kedai biasanya disediakan meja-meja tempat menaruh makanan dan minuman tetapi ga ada kursinya. Jadi orang-orang yang membeli roti dan kue dan ingin makan di tempat bisa makan di meja-meja tersebut sambil berdiri. Lalu makanan khas apa yang patut dicoba di pasar ini ? Banyak sih! Kami sampai bingung, dari roti-rotian yang dipanggang sampai roti yang digoreng. Yang nama-namanya sangat asing di mata dan telinga kami.
P1130911

Mari berkeliling pasar di Bratislava

P1130922

Salah satu kedai roti dan kue

P1130916

Antri pesan langose

Pas kami melihat sebuah kedai dengan antrian yang cukup banyak, kami ikut ngantri juga. Ternyata kedai ini spesial berjualan langoše. Hmm makanan apa ini? Langoše adalah roti goreng khas eropa timur, seperti Hunggaria, Slovakia dan Serbia. Anehnya pas kami di Budapest, kami sama sekali ga nemu yang jualan langoše. Langoše yang sudah matang biasanya diberi toping bermacam-macam di atasnya sesuai dengan khas kota/negara tersebut. Toppingnya bisa keju, sosis atau minyak bawang. Kami berdua lalu memesan dua roti langoše dengan olesan minyak bawang seharga 70 cent euro per bijinya. Murah kan ? Selain itu juga tersedia saos tomat dan saos tartar yang bisa dibeli terpisah sebagai dipping nya. Pas pesanan kami matang ternyataaaa gedhee bangeet men!! Ini mah satu roti bisa dimakan berdua. Rasa dan tekstur roti goreng ini ternyata oh ternyata mirip seperti bolang-baling asin atau cakwe. Tiba-tiba saja saya berharap ada saos sambel jatuh dari langit untuk melengkapi dan menikmati langoše saya. Saya mengunyah roti ini dengan terharu, roti ini mampu mengobati rindu saya terhadap Indonesia. Maklum, saya sering banget jajan cakwe untuk sarapan 😋.
P1130918

gedhe banget rotinya

P1130920

Me trying to finish my cakwe eh langose

Kami berdua yang tadinya kelaparan dan lapar mata, langsung merasa kekenyangan setelah satu porsi langoše. Perut kami ga muat kalau mau beli roti-roti yang lain. Kami lalu menghabiskan pagi itu dengan berkeliling pasar. Pasar ini dibagi menjadi beberapa bagian, ada bagian bunga, bagian sayur, bagian baju dan bagian daging serta ikan. Uniknya di bagian baju dan aneka macam konveksi yang jualan kebanyakan orang Asia dari Vietnam. Mereka merantau jauh-jauh sampai ke sini. Mungkin karena itulah pasar ini mirip dengan pasar di Indonesia, karena susunan dagangannya ala-ala Asia 😀 . Bagian sayur-mayur di pasar ini hampir mirip dengan pasar di Perancis, tetapi komoditas aneka cabai terlihat menonjol di sini. Ada sebuah cabai bulat yang bentuknya mirip seperti tomat, kata penjualnya dengan bahasa Inggris patah-patah, cabai ini adalah cabai pedasnya Slovakia. Jangan-jangan orang-orang Slovakia suka makanan pedes-pedes kah?
P1130923

Bagian bunga dan konveksi di dalam pasar

P1130929

Bagian sayur mayur dan buah-buahan segar

Petualangan kami pagi-pagi di pasar di negeri orang hari itu membuat kami bersemangat untuk menjelahi Bratislava. Poďme, objavte bratislavu!!

Tinggalkan komentar

Filed under Ke Luar Negeri