Summer in Germany #6 : Tübingen , the little Venice of Germany

P1150259

a lovely Venice of Germany called Tubingen

Sebelum menginjakkan kaki di negara ini, saya kira destinasi jalan-jalan di Jerman hanya itu-itu saja. Tidak seperti negara tetangganya, seperti Perancis, Italia atau Spanyol yang destinasi jalan-jalannya banyak banget dan sering menjadi tujuan utama traveler-traveler Indonesia. Sebelumnya saya hanya tahu Berlin, Hamburg, Munich, Frankfurt, Kastil Neuschwanstein, atau Dresden saja. Ternyata kota-kota kecil di banyak penjuru Jerman itu juga ga kalah cantik dibandingkan dengan negara-negara tetangga, kalau kita mau mencari tahu lebih jauh.  Seperti yang saya bilang di postingan sebelumnya, tujuan utama saya dan suami ke Jerman adalah untuk menyambangi teman saya tak jauh dari Stuttgart, yaitu di kota Esslingen am Neckar. Awalnya kami agak bingung juga mau ke mana lagi yaa setelah mengunjungi teman. Sedangkan kami ga mau jauh-jauh dari kota Stuttgart , karena penerbangan pulang-pergi kami adalah dari airport Stuttgart. Daaaan kami ga tertarik untuk jalan-jalan di kota Suttgart selama 3 hari. Alasan kami yaa subyektif saja, sekedar ga tertarik dan kotanya terlalu metropolitan. Galaaw bingiit ga sih kitaaahh ?

P1140917

A chilling corner in Tubingen

Saya kemudian googling lebih lanjut sambil bertanya kepada teman saya tentang destinasi liburan ga jauh dari Stuttgart. Ternyata banyak lho sodara-sodara, kota-kota kecil dan destinasi-destinasi cantik ga jauh dari Stuttgart. Pilihan saya dan suami saya akhirnya jatuh ke kota Tübingen. Mengapa kota Tübingen ? Kami tertarik karena kotanya bisa dijelajahi by walking distance saja dan dari google image search, kota ini kelihatan menarik dengan bangunan-bangunan kuno warna-warni. Meningatkan kami akan kota Colmar di Perancis. Kota kecil seperti ini, menurut kami suasananya lebih cozy dan rileks. Selain itu, dari Tubingen, kami bisa dengan mudah jalan-jalan ke kastil Hohenzollern, yang sudah saya ceritakan di postingan sebelumnya. Kami menuju ke Tübingen dengan kereta IRE dari kota Esslingen Am Neckar, dengan membayar 9 euro per orang. Di kota Tübingen ga banyak hotel dan kami sama sekali ga nemu hostel di sana. Harga hotel atau sewa apartemen lewat buking dot kom mahal-mahal seperti di Paris 😦 . Kami mendapatkan tempat menginap murah 35 euro per malam lewat airbnb yang disewakan oleh pelajar setempat. Oya Tübingen ini adalah kota pelajar karena ada beberapa kampus perguruan tinggi di sini.
P1140906

Boating trip in Tubingen

Hari pertama di kota ini kami habiskan untuk jalan-jalan keliling kota dan naik perahu kayu getek ala kota ini. Perahu ini dalam bahasa Jerman disebut dengan stocherkähne atau punt dalam bahasa Inggris, karena dasar perahunya rata. Kota dengan sungai neckar mengalir di tengahnya ini sering disebut sebagai “Little Venice of Germany” . Para wisatawan ke kota ini kebanyakan karena ingin berperahu mengarungi sungai neckar. Sejarah perahu ini sendiri sudah ada dari ratusan tahun silam. Perahu stocherkähne , awalnya digunakan sebagai alat transportasi masyarakat. Kemudian lama-kelamaan masyarakat setempat mengadakan lomba, kompetisi serta festival dengan perahu ini. Meskipun kami ga datang pas festival, siang itu ramai sekali dengan perahu. Suasana sungai menjadi sangat hidup. Bahkan ada perahu yang disewa khusus untuk menjadi panggung musik jazz live di tengah sungai! Dermaga perahu ini berada tak jauh dari eberhardsbrücke, jembatan utama kota ini. Dari jembatan ini, pemandangan sungai neckar dan kota Tübingen terlihat cantiiik banget. Kami membayar 7 euro per orang untuk perjalanan selama 1,5 jam mengarungi sungai neckar. Lama banget ga sih? Kebetulan pendayung getek kami adalah adek-adek ganteng mahasiswa setempat. Banyak dari mahasiswa-mahasiswa ini yang bekerja paruh waktu sebagai pendayung perahu saat hari libur. Sungai neckar yang kami arungi selama berperahu tampak bersih meskipun warnanya hijau karena lumut. Sesekali kami bisa melihat ikan-ikan berenang bebas. Angsa dan bebek-bebek sungai juga terlihat bermain menyusuri sungai.
P1140938

Floating music performance in the neckar river, Tubingen

P1140942

Selfie on the boat

P1140948

The boat driver use a long stick to move the boat

Setelah puas berperahu, kami muter-muter kota. Kami menyusuri jalan-jalan batu yang usianya sudah berabad-abad lamanya, sambil tak henti-hentinya terkagum-kagum sama bangunan-bangunan di seluruh penjuru kota ini. Kebanyakan bangunannya adalah peninggalan abad pertengahan dengan kayu yang melintang-lintang di dinding-dindingnya. Selain itu bangunan-bangunan di kota ini dicat warna-warni menambah suasana kota semakin terasa ceria. Yah kota ini memang mirip-miriplah dengan Colmar, Perancis atau Esslingen Am Neckar yang kami kunjungi sehari sebelumnya. Hanya saja dengan suasana dan ciri khas lain yang berbeda. Di kota ini turisnya lebih jarang, kebanyakan hanya wisatawan lokal dari Jerman saja. Jadi orang asia seperti saya, jarang terlihat di jalan 😀 . Kota yang hanya berjarak 13 km dari pegunungan alpen swabia ini, konon sejarahnya sudah dimulai ratusan tahun sebelum masehi. Kota ini juga dilewati oleh peradaban romawi yang meninggalkan jejak berupa tembok-tembok di pinggir sungai neckar. Pada abad pertengahan kota ini berkembang pesat menjadi pusat perekonomian wilayah di sekitarnya setelah raja Jerman saat itu Henry IV , mengambil alih kastil kota ini. Setelah tahun 60-an , kota pelajar ini menjadi salah satu kota pusat pergerakan mahasiswa Jerman. Jadi jangan heran kalau pas ke kota ini pas ada demo 😀 , namanya juga mahasiswa.
P1140928

Tubingen historical city hall

P1140921

Bangunan dengan kayu-kayu melintang tersebar di seluruh penjuru Tubingen

P1140923

Lorong-lorong kecil di Tubingen, bangunannya cantik-cantik banget

P1140931

Market square of Tubingen

P1150176

The other view of market square Tubingen

 

Ada banyak tempat-tempat menarik dan bersejarah yang bisa dikunjungi di kota ini seperti Tübingen markplatz atau market square, Tübingen town hall, Hohentübingen castle, museum etnografi, state museum, bebenhausen abbey monastery, gereja St george colligiate dan masih banyak lagi. Kami jelas ga sempat mengunjungi semuanya. Selain self walking tour ditemani peta dari tourist office setempat , karena kami ga menemukan free walking tour di kota ini, kami hanya sempat mengunjungi schloss Hohentübingen atau Tübingen castle. Itupun hanya di halamannya saja karena kami ke komplek ini pagi-pagi sekali sebelum  meninggalkan kota ini. Menurut saya sih kastil ini terlihat berbeda dan lebih sederhana dari kastil-kastil yang kami kunjungi sehari sebelumnya. Bangunannya mirip rumah-rumah tradisional setempat dengan kayu-kayu melintang di temboknya, tetapi tentu saja lebih megah dan besar dengan tower-tower di ujung-ujungnya. Kastil ini berada di atas bukit Spitzerg berketinggian 372 meter. Kastil yang konon dibangun pada tahun 1078 ini merupakan istana bagi bangsawan-bangsawan yang pernah memimpin di wilayah ini sebelumnya. Sejak abad ke 18 sampai saat ini , kastil ini berada di bawah pengelolaan universitas Tübingen. Di dalam kastil ini kini terdapat museum etnografi dan pusat kebudayaan universitas.
P1140904

Schloss atau castle Hohentubingen dilihat dari sungai neckar

P1150195

Foto di depan gerbang utama schloss Hohentubingen

P1150214

Di tengah-tengah halaman schloss hohentubingen

P1150210

pemandangan kota Tubingen dari atas

P1150227

Di ujung schloss hohentubingen

Selama di kota ini kami hanya sekali saja jajan makanan tradisional Jerman di restoran. Selain itu kami hanya membeli sandwich atau kebab dari kedai-kedai  lokal yang dipenuhi mahasiswa 😀 . Salah satu restoran yang recommended menurut google review dengan sajian khas Jerman adalah Die Wurstküche. Jadi kami tertarik untuk makan di sini. Harga makanannya sih sekitar 10 sampai 30 euro, tapi segelas gedhe birnya jauh lebih murah daripada di Paris *yaa iyalah kan di negara peminum beer 😀 . Waktu itu saya memesan German’s schnitzel yang disajikan dengan salad kentang dan saus khusus dan suami saya memesan sejenis salad Jerman yang saya udah lupa namanya 😀 . Menurut saya sih makanan di restoran ini memang enak , mungkin karena kami udah kepalaran 😀 . Saya sendiri kan bukan ahli kuliner jadi cuma tau kalau makanan itu enak atau ga 😛 . Yang jelas, buat saya schnitzel yang saya pesan sangat bisa diterima di lidah Jawa saya. Kami berdua juga memesan dua gelas bir besar, meskipun sebenarnya kami bukan peminum bir. Kami hanya ingin merasakan saja bir Jerman khas kota ini rasanya seperti apa.
P1140985

German’s chicken schnitzel di Tubingen

Perjalanan jalan-jalan musim panas kami di Jerman berakhir di kota ini, setelah beberapa hari berkeliling kota di region Baden Württemberg. Jikalau anda bingung ingin berkunjung ke mana di Jerman, kota Tübingen bisa menjadi pilihan utama, if you prefer cozy relax town with medieval atmosphere. Dan jikalau saya berkunjung ke Jerman lagi sepertinya saya ingin menjelajahi wilayah utara dengan laut baltiknya, tapi ga tau kapan yeeee. For your information untuk menuju ke kota Tübingen dari kota utama Stuttgart bisa naik kereta regional express (IRE). Dari atau ke bandara Stuttgart Flughafen tersedia bus no 828 setiap 30 menit sekali. Jarak kota ini ke bandara hanya sekitar 35 km saja.
Auf Wiedersehen Deutschland!!!!

Tinggalkan komentar

Filed under Ke Luar Negeri

Summer in Germany #5 : Menyasarkan diri ke kota kecil Sigmaringen

Kami ga mau rugi! 😀 Karena hari ini kami sudah membeli tiket kereta api Baden Württemberg pass untuk 24 jam, rasanya sayang banget kalau ga digunakan semaksimal mungkin. Sesampainya kembali di stasiun kereta api Hechingen dari Hohenzollern castle, kami ga mengambil kereta balik ke Tubingen. Kami memilih naik kereta regional express (IRE) jurusan kota Sigmaringen. Kota ini terletak sekitar 50 km dari Hechingen. Kota ini seperti apa? Kami sama sekali ga tau hehehehe. Kami asal naik aja. Kalaupun ada kota menarik lain selama perjalanan ke Sigmaringen, yaa bolehlah berhenti, kalau ga yaa lanjut sampai akhir 😀 . Kereta regional express yang kami naiki berhenti di banyak kota-kota kecil. Kereta ini banyak melewati hutan, perbukitan, dan areal pertanian. Wilayah-wilayah pedesaan Jerman yang terlihat masih alami dan jauh dari kota besar. Terkadang kami bisa melihat pemandangan tebing dengan kastil yang dibangun di atasnya dari balik jendela kereta.
P1150108

Kastil kecil di atas tebing dari balik jendela kereta dari Hechingen menuju ke Sigmaringen

Sekitar 50 menit kemudian sampailah kami di kota Sigmaringen, tujuan akhir kereta IRE ini. Kami keluar stasiun lalu menuju ke tengah kota. Ternyata di kota ini terdapat kastil besar juga. Namanya kastil Sigmaringen. Kastil ini berdiri dengan megah di atas tebing! Seperti yang saya bilang di postingan sebelum ini, kastil-kastil di Jerman itu kenapa yaa selalu terlihat epic dan wow ? Di bangun di puncak gunung atau di ujung tebing seperti ini? Saya sendiri sih tak henti-hentinya merasa kagum dengan struktur bangunan dan arsitekturnya. Mumpung nemu kastil lagi untuk dikunjungi, kami langsung mendatangi informasi dan loket utama kastil. Jadi kami memilih untuk mengunjungi kastilnya duluan sebelum muter-muter kotanya.
P1150114

Kastil Sigmaringen

P1150136

Foto sebelum masuk kastil

Berbeda dengan kastil Hohenzollern, untuk memasuki kastil Sigmaringen, pengunjung harus mengikuti guided tour. Kami mendaftarkan diri untuk guided tour dengan membayar 9 euro per orang. Pihak kastil hanya mempunyai guided tour dalam bahasa Jerman, jadi wisatawan yang tidak bisa berbahasa Jerman mendapatkan pinjaman buku panduan dalam bahasa Inggris, Perancis, Italia atau Spanyol. Seperti halnya di kastil Hohenzollern, pengunjung tidak diperbolehkan untuk mengambil foto dan merekam gambar. Pengunjung guided tour siang itu yang berbarengan dengan kami lumayan juga, ada sekitar 30-an orang. Dan saya adalah satu-satunya pengunjung bermuka asia siang itu. Kami lalu diarahkan untuk memasuki ruangan-ruangan megah di dalam kastil ini. Dari chapel istana, ruang yang dulunya digunakan untuk rapat para ksatria, ruang ballroom, hingga ruangan yang memajang lukisan-lukisan nenek moyang pemilik kastil ini. Yang jelas seperti halnya di kastil Hohenzollern, di dalam kastil ini semua ruangan-ruangannya membuat para pengunjung berdecak kagum saking mewahnya. Kastil ini memiliki banyak koleksi lukisan, karpet mewah, cermin mewah, perabot mewah dan koleksi khusus alat-alat perang dari zaman dahulu kala.
P1150127

Halaman bagian dalam kastil Sigmaringen yang masih boleh difoto

P1150129

Kapel istana, yang difoto kartu posnya saja yaak 😀

Sejarah kastil Sigmaringen ini dimulai pada abad ke 11 saat keluarga bangsawan  Von Sigmaringen berkuasa di wilayah ini. Kastil ini kemudian digunakan dan direnovasi turun-temurun oleh keturunannya, meskipun mereka mempunya nama keluarga yang berbeda, seperti keluarga Helfenstein. Kastil ini kemudian pernah dijual kepada salah satu bangsawan dari House of Habsburg, salah satu keluarga penguasa terkuat Eropa saat itu. Lalu berpindah tangan kepada keluarga Werdenberg pada tahun 1399 sampai tahun 1534 masehi. Pada tahun 1535 hingga kini, kastil ini berada di bawah pengelolaan House of Hohenzollern dan House of Hohenzollern – Sigmaringen. Keluarga house of Hohenzollern – Sigmaringen juga merupakan salah satu cabang dari keturunan House of Hohenzollern, tetapi mereka merupakan penganut katolik roma. Berbeda dengan kastil Hohenzollern yang saat ini berada di bawah house of Hohenzollern – Prussia, kastil Sigmaringen berada di bawah house of Hohenzollern -Sigmaringen, meskipun nenek moyang mereka sama-sama dari House of Hohenzollern. Daaan you know what, cabang dari House of Hohenzollern ga cuma dari dua keluarga besar ini saja, ada beberapa cabang lain.  Hmmm agak rumit memang memetakan siapa keturunan siapa lalu punya kastil dan berkuasa di mana saja kalau ga benar-benar belajar sejarah Jerman dan eropa 😀 . Sebenarnya dan sesungguhnya kalau tidak traveling seperti ini mungkin saya benar-benar tidak tahu sejarah eropa sama sekali, karena saya kan bukan orang yang rajin membaca 😛 .
P1150130

Poster yang difoto, ruangan ancestral di dalam kastil

P1150155

Sigmaringen ice cream

P1150116

Kota kecil Sigmaringen dengan bangunan-bangunan cantik medieval

Setelah otak kami penuh dengan selingan pelajaran sejarah ketika mengunjungi kastil Sigmaringen, kami lalu muter-muter kota kecil ini. Di kota ini lumayan banyak peninggalan rumah-rumah dari abad pertengahan, meskipun ga sebanyak di kota Tubingen atau Esslingen am Neckar. Kafe-kafe dan kedai es krim banyak terdapat di tengah kota ini. Kami lalu mampir untuk membeli 2 scoop es krim lokal seharga 2 euro. Kota ini juga merupakan kota utama di Jerman yang merupakan hulu dari sungai Danube. Jika sudah pernah berkunjung ke Vienna, Budapest, Bratislava atau Belgrade, tahu donk sungai Danube lebarnya seperti apa. Nah di kota Sigmaringen ini sungai Danube masih sempit hanya seperti sungai-sungai kecil saja. Selain itu Danubenya masih terlihat bening dan bersih. Kami menyeberangi Danube yang terletak di belakang kastil ini. Dari sinilah pemandangan kastil terlihat magical sekali! Karena kastilnya benar-benar terlihat dibangun di atas tebing. Beberapa wisatawan dan warga lokal terlihat duduk-duduk piknik sambil mengambil foto kastil ini. Kami tak mau melewatkan juga pemandangan ini tanpa jepretan kamera, sambil menunggu jadwal kereta api kembali ke kota Tubingen tempat kami menginap. Menyasarkan diri hari ini di kota Sigmaringen berakhir dengan sukses! 😀
P1150152

Kastil Sigmaringen  dan sungai Danube

2 Komentar

Filed under Ke Luar Negeri