Gili Ketapang Pada Suatu Ketika

Pulau gili ketapang

Pulau gili ketapang

Jika anda bukan orang probolinggo, tidak banyak yang tahu bahwa ada sebuah pulau seluas 68 hektar yang terletak setengah jam dari pelabuhan tanjung tembaga probolinggo. Pulau bernama gili ketapang yang terdiri dari satu desa ini dapat dilihat dengan jelas dari pesisir utara kota probolinggo dan dapat terilihat pula dari kejauhan bahwa pulau ini padat penduduk.

Saya mengunjungi pulau ini dalam rangka melaksanakan tugas sebagai asisten peneliti bersama teman-teman dari tim bondoprobo. Awalnya kami bermaksud bermalam di pulau ini, tetapi karena keterbatasan waktu maka kami melakukan sistem babat habis dengan cara mengerahkan sebagian besar anggota tim kami selama sehari saja. Waktu itu kami juga merasa takut tinggal di pulau gili ketapang karena 2 hari sebelumnya, pulau ini dihebohkan dengan sumpah pocong dua orang warganya. Alasan lainya karena listrik di pulau gili ketapang juga tidak 24 jam menyala, sedangkan kami memerlukan listrik untuk memasukan data.

Perahu menuju gili ketapang

Perahu menuju gili ketapang

Pukul 7 pagi, kami sudah sampai di pelabuhan tanjung tembaga untuk menaiki perahu motor menuju gili ketapang. Murah, tarif perahunya hanya Rp 4000 saja. Awalnya saya kira perahu akan berangkat langsung karena kami bertujuh dan beberapa penumpang lain sudah ada di perahu, yang menurut perkiraan saya hanya muat sekitar 15 orang saja. Tidak hanya itu, ada beberapa sepeda motor dan barang-barang raksasa yang dinaikkan ke atas perahu. Ternyata perahu baru berangkat sekitar satu setengah jam kemudian setelah terisi sekitar 30 orang! Tidak terdapat alat keselamatan apapun di perahu yang padattt penumpang tersebut. Saya hanya bisa berdoa sepanjang perjalanan supaya perahu tidak tenggelam.

Perahu nelayan yang merapat di pantai gili ketapang

Perahu nelayan yang merapat di pantai gili ketapang

biru menggoda iman

biru menggoda iman

sampah pantai :(

sampah pantai 😦

sisi lain gili ketapang

sisi lain gili ketapang

Setelah perasaan was-was selama 30 menit mengarungi lautan, sampailah kami di pulau gili ketapang. Hampir seluruh pesisir pulau ini penuh dengan perahu nelayan. Di dermaga kami disambut oleh pengemudi becak yang menawari kami untuk menaiki becaknya. Karena tujuan kami, rumah bapak suparyono, pak tinggi atau kepala desa gili ketapang tidak jauh dari dermaga, maka kami cukup berjalan kaki saja. Hari itu sangat panas dan kesan pertama ketika sampai di perkampungan pulau berpasir putih ini, adalah “padat dan gersang”. Sepertinya hampir seluruh pasir putih pulau ini dilapisi bangunan beton rumah penduduk dan tidak banyak tumbuhan hijau yang tumbuh di sana. Pesisir pantai di pulau ini sebenarnya berwarna biru jernih mengoda iman, akan tetapi ada beberapa bagian yang kotor oleh sampah :(. Begitu banyak ikan-ikan yang berenang di bawah dermaganya, seakan mempermudah para neayan untuk menangkapnya. Andai saja kami ke sana dalam rangka berwisata, pastilah saya akan mencoba berenang dengan ikan-ikan itu.

Kami menyusuri gang kecil menuju rumah pak tinggi sebagai base camp penelitian kami saat itu. Sepanjang gang tersebut banyak kambing peliharaan warga yang berkeliaran sambil memakan kertas (pasti karena saking susahnya mencari rumput). Pak tinggi menyambut kami dengan hangat. Meskipun pak tinggi bernama “jawa” , ia adalah orang madura, seperti 99% penghuni pulau gili ketapang yang lain.

Tugas saya waktu itu mewawancarai satu keluarga, yang bertempat tinggal jauh dari rumah pak tinggi. Saya harus menyusuri gang-gang sempit yang di kanan-kirinya adalah bagunan rumah lumayan mewah bertembok keramik. Menurut saya, sebagian besar penduduk gili ketapang adalah keluarga mampu. Sebagian penduduknya juga banyak yang sudah naik haji. Setelah lama meyusuri kampung nelayan ini dan banyak bertanya, tibalah saya di rumah responden saya yang memang benar-benar miskin. Keadaan rumah mereka sangat berbeda dengan rumah-rumah disekitarnya 😦 .

Setelah tugas wawancara selesai, sampai di rumah pak tinggi kembali, kami disambut dengan rujak ala madura yang isinya adalah lontong, sayur mayur dengan bumbu petis, sungguh nikmat :D. Sebenarnya pak tinggi ingin memperlihatkan kami beberapa pantai di pulau ini yang masih bersih dan indah dengan beberapa pepohonan rindang di atas pasir putihnya. Sayang kami harus segera kembali, sebelum kehabisan perahu menuju pulau jawa. Dalam perjalanan pulang, kami sempat mengitari setengah pulau dan berhenti lumayan lama di pantai berpasir putih luas yang begitu bersih dan berair bening. Di sana ada dua orang yang mencegat perahu kami layaknya mencegat angkot :D. Perahu kami lalu merapat ke pasir putihnya dan mengangkut kedua penumpang tersebut. Jadi ada sekitar 30 orang penumpang perahu, seperti waktu berangkat tadi, ditambah 2 orang lagi. Hal yang bisa kami lakukan adalah berdoa supaya tidak tenggelam sampai di pulau jawa kembali.

hamparan pasir putih di antara benignya air laut gili ketapang

hamparan pasir putih di antara beningnya air laut gili ketapang

5 Komentar

Filed under Keliling Indonesia

5 responses to “Gili Ketapang Pada Suatu Ketika

  1. hwaaaa…..ada foto aq dsitu *walo pun cuma kliatan D-Packnya doang
    jadi enum terbang di Team BP 😀 *Sorry Team BQ
    liat aernya pngen bgt nyebur, tp bgitu liat sampahnya, 😦
    kangen bgt bgini

    • @Riesa : hahaha, btw seharusnya ada acara tentang bersih pulau gili ketapang, kalau bersih pasti kereeen bgt, ditambah banyak taneman pasti tambah keren lagi 😀

      • @rauvaldavespa: 1 minggu di gili pasti menyenangkan apa lagi laut yang biru indah …… panas gpp lah yg penting asyik 🙂 …..andaikan disna bersih bgt gili tambah segerrrrrr….

  2. hhuuuuu……kangen beginiiiiiiiiiiii >,<

Tinggalkan komentar